Selamat Datang di Blog Arek Gang Papat. . Hai Sahabat Blogging, Kami Disini akan Berbagi Tutorial, Info Unik dan Tips-Tips Menarik. .

Jumat, 31 Mei 2013

Etika Saat Online

 

Arek Gang Papat - Kehadiran internet – sebagaimana kemunculan teknologi yang lain, mempunyai dua sisi yang berlawanan. Di satu sisi, teknologi bila dipergunakan untuk kebaikan dan dalam takaran sewajarnya, maka ia akan sangat membantu pekerjaan kita. Namun di sisi lain, teknologi yang digunakan di luar batas dan cenderung emosi saat memanfaatkannya, maka ratusan dampak negatif akan menimpa kita, bahkan orang lain akan terkena.

Begitu juga saat era internet multimedia memasuki platform apa yang dinamakan dengan web 2.0. Di mana, para pengguna internet dapat berinteraksi penuh, menggunakan sarana yang ada. Tak hanya sekedar berkomentar postingan melainkan juga reply status, retweet kicauan dan sebagainya.

Sudah banyak kejadian dan kasus yang terjadi di sekitar kita yang diakibatkan kelalaian para netter dalam menjaga sikap dan privasi yang seharusnya tetap dijunjung tinggi, walaupun katanya internet telah menjelma menjadi hutan rimba yang liar dan penuh dengan intrik.

Nah, agar kita tidak menjadi korban selanjutnya, maka perlulah kita mengetahui beberapa etika saat online. Berikut beberapa etika tersebut :

1. Bedakan antara ruang privat dan ruang publik
Apa bedanya membalas tweet di taman kota dengan di dalam kamar? Tidak ada! Baik pemilik akun maupun follower, tidak ada yang tahu bila sebuah re-tweet itu dibuat di mana. Fakta ini, membuat lupa seorang netter, sehingga apa yang seharusnya masuk dalam domain pribadi, menjadi terekspos hingga ke wilayah umum.

Menjadi hak orang untuk mengungkapkan kekesalan, selama ia lakukan dalam lingkup terbatas dan dengan cara yang elegan. Namun apabila hal tersebut sudah menyangkut orang lain, dan kamu meneriakkanya dengan caci maki misalnya di tengah lapangan, berapa banyak orang terganggu dengan sikap kamu itu?

Mari bedakan antara ruang pribadi dengan ruang publik. Jangan umbar emosimu sembarangan.

2.Think before posting
Teman-teman dari komunitas Internet Sehat, mengkampanyekan jargon “Think before posting – Wise while whonline (www)”. Apa maksudnya?

Ya, kita kadang-kadang greget untuk menyampaikan atau mengekspresikan sesuatu, namun lupa untuk mengecek ulang, apakah posting kita tersebut tidak akan membuat orang lain tersinggung. Sehingga, sangat dianjurkan untuk memikirkan kembali sebelum mengupload pendapat ataupun sekedar komentar dalam sebuah forum.

Hidup di internet sangat mudah, tinggal klik enter, maka pendapat kamu akan segera tersebar ke seluruh pelosok dunia. Jika tak bijaksana, maka penyesalan akan menyergap kemudian. Maka, berpikir ulang sebelum memposting dan tetap bijak selama online.

3. Tak semua orang siap dengan kritikan
Kritikan, sebagus apapun niat yang melkamusi kemunculannya tetap menimbulkan goncangan dalam benak yang dikritik. Apalagi bila kritikan tersebut dilkamusi dengan niat menyerang. Maka debat kusir yang akan terjadi. Hal yang sangat mudah terjadi bila sudah menyinggung masalah SARA.

Tahan greget untuk membuat komentar atau kritikan yang tidak berguna. Lebih baik menjadi pembaca yang pasif, daripada sok aktif tapi merusak. Bagaimanapun masukan yang positif akan mendapat perhatian terlebih dahulu, daripada kritikan negatif.

4. Berhati-hati dalam sharing file
Ruang kebebasan yang disediakan oleh internet, menjadikan para netter seringkali lupa dengan adanya privasi orang lain, termasuk dalam hal hak cipta. Mudahnya materi digital didistribusikan membuat begitu gampangnya hak cipta disebarkan secara illegal.

Banyak artis dan para pemilik hak cipta, baik perorangan hingga korporat, yang dirugikan dengan aksi ini. Termasuk dalam penyebaran materi bajakan : Software, lagu, film hingga game. Kita tentu tak ingin membuat para seniman menjadi malas berkarya hanya gara-gara karya ciptaannya dibajak.

5. Waspadai HOAX
Apa yang akan kamu lakukan saat menerima kiriman sebuah berita yang sensasional? Tentang fakta terbaru, gossip artis, makanan beracun, vaksin yang menyebabkan anak autis dan sebagainya? Tentu yang pertama adalah kita membacanya dengan antusias. Lalu karena merasa penting dan ada kenalan atau keluarga yang terkait dengan isi berita tersebut, maka kita pun mengirimkannya padanya, sembari disertakan komentar-komentar bombastis. Lalu apa yang terjadi, dengan segera berita tersebut menyebar dengan cepat melalui saluran yang ada.

Satu-dua hari kemudian, muncul klaim yang menyatakan bahwa berita tersebut tidak benar, hanya isapan jempol sementara. HOAX!

Maka kita pun berkontribusi menyebarkan sebuah berita bohong, hanya karena kita tidak melakukan cek dan ricek terhadap berita yang ada. Maka, waspadai berita yang kadar sensasionalnya terlalu besar. Karena semakin besar kadar tersebut, maka semakin besar pula kemungkinan ia dicap sebagai HOAX.


0 komentar:

Posting Komentar